Rabu, 18 Januari 2012

Evolusi Rambu Stop dari Tahun 1915




Tanda stop termasuk salah satu  rambu lalu lintas yang keberadaannya kerap diabaikan. Rambu ini banyak terlihat di perlintasan kereta api juga halte pemberhentian angkutan umum. Sebaliknya, simbol dilarang stop yang berupa huruf S dicoret juga bernasib sama. Rambu ini banyak diabaikan pengguna jalan.

Terlepas dari itu, rambu stop telah memiliki sejarah cukup panjang. Rambu ini, untuk pertama kalinya dipasang di Detroit, Michigan, tahun 1915. Menurut situs myparkingsign.com, rambu stop yang pertama kali dipasang itu berupa papan berlatar warna putih dengan tulisan ‘STOP’ berwarna hitam. Ukuran papannya lebih kecil dibanding rambu stop yang ada saat ini.

sumber: myparkingsign.com
Dengan warna yang tidak mencolok dan ukuran papan yang kecil, rambu stop tidak banyak diperhatikan para pengguna jalan saat itu. Pada tahun 1922, American Association of Highway Officials (AASHO) menggelar pertemuan untuk membuat standarisasi rambu stop. Dari pertemuan ini disepakati papan rambu stop dibuat unik, yakni berbentuk segi delapan (oktagonal).

Setelah diganti dengan bentuk oktagonal, para pengemudi mulai memperhatikan rambu tersebut, meski belum maksimal. Karena itulah pada tahun 1924 digelar National Conference on Street and Highway Safety (NCSHS). Konferensi ini menyepakati warna baru rambu stop. Warna dasar papan yang semula putih, diubah menjadi kuning. Di Amerika, warna ini bertahan hingga tahun 1954.

Lewat tahun itu, warna rambu berubah lagi. Warna dasar yang semula kuning, diubah menjadi warna merah. Sedangkan tulisan STOP-nya berwarna putih. Sepanjang tahun 1935 hingga tahun 1971 terjadi sedikitnya delapan kali perubahan bentuk dan warna rambu stop.

Kata ‘stop’ sendiri sudah banyak digunakan di negara-negara yang bahasa tuturnya bukan bahasa Inggris. Selain itu, bentuk papan oktagonal juga banyak diadopsi oleh negara lain. Di Cina, Kanada, Brazil, Mexico, Turki, Korea Utara, papan rambu stop dibuat persegi enam. Beberapa negara seperti Portugal, Spanyol, Argentina, Ekuador, juga beberapa negara lain menerjemahkan kata stop ke dalam bahasa setempat.

Di Indonesia, rambu tersebut tetap menggunakan kata stop. Padahal sebenarnya, Kamus Besar Bahasa Indonesia menuliskan kata stop dengan ‘setop’.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

free counters